Jumat, 03 Februari 2012
Kamis, 02 Februari 2012
ringkasan materi (Static Routing)
ringkasan materi (Static Routing)
static routing adalah salah satu cara untuk membuat table routing secara manual. Static routing ini berguna untuk jaringan sederhana yg menggunakan beberapa router dan juga untuk menghemat penggunaan bandwidth.
cara membuat static routing Dalam Cisco Router, static routing secara default sudah dalam posisi enable, jadi jika ingin membuat IP static routing cukup dengan mengetikkan perintah :Router(config)#ip route <network destination id> <subnet mask> <default gateway> <administrative distance>
network destination id adalah alamat jaringan yg dituju
default gatewayadalah IP address Gateway, biasanya IP address router yg berhubungan langsung.
administrative distanceadalah nilai 0-255 yg diberikan pada routing. Bertambah rendah nilai yg diberikan bertambah tinggi kegunaannya. Jika tidak diberikan, nilai default akan dipakai. Nilai default untuk directly connected (C) =0 dan statically connected (S) =1.
Contoh : Router0(config)# ip route 192.168.12.0 255.255.255.0 202.200.100.2
Study kasus, terdapat 3 router yg menghubungkan 4 IP Network yg berbeda, dimana masing-2x pc client harus dapat berkomunikasi satu dengan lainnya. Gimana configurasi didalamnya ?? supaya semua pc bs terhubung satu dengan lainnya ???
Routing
Seperti yang kita ketahui klo jaringan adalah tehnologi komunikasi yang sangat tangguh, bayangkan jika jaringan itu tak ada, mungkin kita tidak akan berhubungan dengan yang lain semudah sekarang ini. Walaupun klo kita ngomongin jaringan itu sangat luas, yang positif ya jaringan telpon, jaringan komputer dan lain-lain, yang negatifnya ya jaringan mafia, jaringan penjualan wanita dan anak-anak dan sebagainya. Tetapi kita tidak membahas tentang jaringan ini, Cuma yang akan kita bahas tentang protocol jaringan komputer yaitu protocol routing, yang mana di gunakan untuk menghubungin antara dua atau lebih jaringan komputer. Di dalam jaringan, sebuah komputer bisa berhubungan dengan yang lainnya jika mereka berada pada network yang sama. Sebuah komputer yang mempunya ip 192.168.1.1/26 gak akan bisa berkomunikasi dengan komputer yang mempunya ip 192.168.1.68/26 karena mereka mempunyai network yang berbeda. Tatapi yang di atas itu bukanlah hal mutlak, jaringan A bisa saja berhubungan dengan jaringan B jika kita memasang router di antara nya, mesin router ini akan merouting mereka sehingga bisa berkomunikasi. Tapi apakah routing itu sendiri?, saya coba menanyakan maksud routing ini sendiri ama mbah wiki dan menurutnya, routing itu adalah proses pemilihan path(jalan) pada sebuah network untuk mengirimkan trafik fisik atau data. Jadi dia melewati secara langsung alamat paket dari sumbernya ke tujuan dengan melalui node-node. Static Routing,
Static routing yaitu proses pemilihan path ke jaringan lain dari jaringan kita secara manual. Pada jaringan bersekala kecil sangat effektif menggunakan cara ini, tapi jika pada jaringan bersekala besar akan sangat merepotkan, tapi bukan berarti tidak bisa, Cuma sangat merepotan aja. Bentuk perintah dari static routing sendiri seperti di bawah ini, route network/ip tujuan subnet gateway jika kita ingin komputer A yang mempunyai ip 192.168.1.4/26 dan default gateway 192.168.1.1 untuk berkomunikasi dengan komputer B yang mempunyai ip 192.168.5.68/26 dan gateway-nya 192.168.5.65, tapi sebagai catatan perintah yang akan kita jalankan di bawah ini adalah bayangan, jika anda memakainya anda harus menggunaan yang sesui dengan mesin anda, kira-kira beginilah contoh perintah static routing, yang mana akan kita tulikan pada gateway-nya komputer A: ip route 192.168.5.64 255.255.255 192 .168.1.1 lalukan hal yang sama pada gateway-nya komputer B, dengan mengetikan command ip route 192.168.1.0 255.255.255.192 192.168.5.65 sekarang anda coba ping dari komputer A ke komputer B, dengan perintah : ping 192.168.5.68 jika anda mendapatkan hasil seperti ini, berarti anda berhasil: Pinging 192.168.5.1 with 32 bytes of data: Reply from 192.168.5.1: bytes=32 time=1ms TTL=64 Reply from 192.168.5.1: bytes=32 time=1ms TTL=64 Reply from 192.168.5.1: bytes=32 time=1ms TTL=64 Berarti anda telah berhasil menjalankan static routing. Dinamik routing, Di atas kita telah mambahas tentang static routing, sekarang kita akan membahas tentang dinamik routing.
Sekarang ada banyak sekali protocol dinamik routing yang di pakai di jaringan, contohnya seperti rip, ripv2, bgp, ospf dan lain-lain. Sekarang kita akan membahas dinamik routing yang menggunakan protocol RIP. Sama dengan contoh di atas, tetapi sekarang kita akan meroutingnya dengan menggunakan RIP. Pertama yang perlu anda lalukan adalah menentukan pada mesin untuk menggunakan protocol rip. Setelah itu anda tinggal menentukan ke network-network sehingga mesin anda bisa menentukan table routingnya. Karena kita menggunakan sample di atas jadi pada gateway komputer A anda jalankan perintah ini : Ip router protocol RIP Lalu ketikan Network 192.168.5.65 255.255.255.192 192.168.1.1 Pada gateway komputer B, Ip router protocol RIP Enter Network 92.168.1.0 255.255.255.192 192.168.5.65 Lalu coba check menggunakan fitur ping, untuk mengetahui apakah anda telah melakukannya dengan benar. Sebenarnya saya juga ingin membahas protokol routing ospf tapi saya dah lupa, jarang di pake sih, ya mo gimana kita Cuma mengurus jaringan kecil *sedih* Untuk protokol jaringan lainnya akan kita bahas setelah saya mengerti tentang mereka, ok?
Latihan Routing Static
Dari => Router => Switch => PC
A: Router0
serial0/1 = 10.1.1.1
Fa0/1 = 192.168.1.1/24
IP PC = 192.168.1.2./24
serial0/1 = 10.1.1.1
Fa0/1 = 192.168.1.1/24
IP PC = 192.168.1.2./24
Konfigurasi di router adalah saling mengenalkan network id pada router-router yg akan di hubungkan/tuju.
Added in Routing Static => 192.168.2.0/21 via 10.1.1.2
=> 192.168.2.0/21 via 10.1.1.2
=> 192.168.2.0/21 via 10.1.1.2
=> 192.168.2.0/21 via 10.1.1.2
Added in Routing Static => 192.168.2.0/21 via 10.1.1.2
=> 192.168.2.0/21 via 10.1.1.2
=> 192.168.2.0/21 via 10.1.1.2
=> 192.168.2.0/21 via 10.1.1.2
Added in Fa0/1 => IP-add : 192.168.1.1
=> Netmask : 255.255.255.0
=> Netmask : 255.255.255.0
Added in Serial0/1 => IP-add : 10.1.1.1
=> Subnet Mask : 255.255.255.252
=> Subnet Mask : 255.255.255.252
B: Router1
serial0/1 = 10.1.1.2
serial1/1 = 10.1.1.5
Fa0/1 = 192.168.2.1/24
IP PC = 192.168.2.2./24
serial0/1 = 10.1.1.2
serial1/1 = 10.1.1.5
Fa0/1 = 192.168.2.1/24
IP PC = 192.168.2.2./24
Konfigurasi di router adalah saling mengenalkan network id pada router-router yg akan di hubungkan/tuju.
Added in Routing Static => 192.168.1.0/21 via 10.1.1.1
=> 192.168.3.0/21 via 10.1.1.6
=> 192.168.4.0/21 via 10.1.1.6
=> 192.168.5.0/21 via 10.1.1.6
Added in Routing Static => 192.168.1.0/21 via 10.1.1.1
=> 192.168.3.0/21 via 10.1.1.6
=> 192.168.4.0/21 via 10.1.1.6
=> 192.168.5.0/21 via 10.1.1.6
Added in Fa0/1 => IP-add : 192.168.2.1
=> Netmask : 255.255.255.0
=> Netmask : 255.255.255.0
Added in Serial0/1 => IP-add : 10.1.1.2
=> Subnet Mask : 255.255.255.252
=> Subnet Mask : 255.255.255.252
Added in Serial1/1 => IP-add : 10.1.1.5
=> Subnet Mask : 255.255.255.252
=> Subnet Mask : 255.255.255.252
C: Router2
serial0/1 = 10.1.1.6
serial1/1 = 10.1.1.9
Fa0/1 = 192.168.3.1/24
IP PC = 192.168.3.2./24
serial0/1 = 10.1.1.6
serial1/1 = 10.1.1.9
Fa0/1 = 192.168.3.1/24
IP PC = 192.168.3.2./24
Konfigurasi di router adalah saling mengenalkan network id pada router-router yg akan di hubungkan/tuju.
Added in Routing Static => 192.168.1.0/21 via 10.1.1.5
=> 192.168.2.0/21 via 10.1.1.5
=> 192.168.4.0/21 via 10.1.1.10
=> 192.168.5.0/21 via 10.1.1.10
Added in Routing Static => 192.168.1.0/21 via 10.1.1.5
=> 192.168.2.0/21 via 10.1.1.5
=> 192.168.4.0/21 via 10.1.1.10
=> 192.168.5.0/21 via 10.1.1.10
Added in Fa0/1 => IP-add : 192.168.3.1
=> Netmask : 255.255.255.0
=> Netmask : 255.255.255.0
Added in Serial0/1 => IP-add : 10.1.1.6
=> Subnet Mask : 255.255.255.252
=> Subnet Mask : 255.255.255.252
Added in Serial1/1 => IP-add : 10.1.1.9
=> Subnet Mask : 255.255.255.252
=> Subnet Mask : 255.255.255.252
D: Router3
serial0/1 = 10.1.1.10
serial1/1 = 10.1.1.13
Fa0/1 = 192.168.4.1/24
IP PC = 192.168.4.2./24
serial0/1 = 10.1.1.10
serial1/1 = 10.1.1.13
Fa0/1 = 192.168.4.1/24
IP PC = 192.168.4.2./24
Konfigurasi di router adalah saling mengenalkan network id pada router-router yg akan di hubungkan/tuju.
Added in Routing Static => 192.168.1.0/21 via 10.1.1.9
=> 192.168.2.0/21 via 10.1.1.9
=> 192.168.3.0/21 via 10.1.1.9
=> 192.168.5.0/21 via 10.1.1.14
Added in Routing Static => 192.168.1.0/21 via 10.1.1.9
=> 192.168.2.0/21 via 10.1.1.9
=> 192.168.3.0/21 via 10.1.1.9
=> 192.168.5.0/21 via 10.1.1.14
Added in Fa0/1 => IP-add : 192.168.4.1
=> Netmask : 255.255.255.0
=> Netmask : 255.255.255.0
Added in Serial0/1 => IP-add : 10.1.1.10
=> Subnet Mask : 255.255.255.252
=> Subnet Mask : 255.255.255.252
Added in Serial1/1 => IP-add : 10.1.1.13
=> Subnet Mask : 255.255.255.252
=> Subnet Mask : 255.255.255.252
E: Router4
serial0/1 = 10.1.1.14
Fa0/1 = 192.168.5.1/24
IP PC = 192.168.5.2./24
serial0/1 = 10.1.1.14
Fa0/1 = 192.168.5.1/24
IP PC = 192.168.5.2./24
Konfigurasi di router adalah saling mengenalkan network id pada router-router yg akan di hubungkan/tuju.
Added in Routing Static => 192.168.1.0/21 via 10.1.1.13
=> 192.168.2.0/21 via 10.1.1.13
=> 192.168.3.0/21 via 10.1.1.13
=> 192.168.4.0/21 via 10.1.1.13
Added in Routing Static => 192.168.1.0/21 via 10.1.1.13
=> 192.168.2.0/21 via 10.1.1.13
=> 192.168.3.0/21 via 10.1.1.13
=> 192.168.4.0/21 via 10.1.1.13
Added in Fa0/1 => IP-add : 192.168.5.1
=> Netmask : 255.255.255.0
=> Netmask : 255.255.255.0
Added in Serial0/1 => IP-add : 10.1.1.14
=> Subnet Mask : 255.255.255.252
=> Subnet Mask : 255.255.255.252
Routing Static, merupakan pembuatan tabel routing secara manual. Routing static ini berguna untuk jaringan sederhana yang mana hanya menggunakan beberapa buah router saja dan berguna untuk penghematan penggunaan bandwidth. Secara manual maksudnya adalah jika sobat sebagai administrator jaringan, mengetikkan perintah-perintah tertentu untuk membuat IP static routing sebagai contoh misalkan saya ketikkan perintah berikut :
router(config)#ip route network_destination_id subnet_mask default_gateway [administrative_distance]
Berikut keterangan perintah yang saya buat diatas :
· network_destination_id adalah alamat jaringan yang dituju
· subnet_mask adalah subnet mask jaringan yang dituju.
· default_gateway adalah IP address gateway, biasanya address router yang berhubungan langsung.
· administrative_distance adalah nilai 0-255 yang diberikan pada routing. Bertambah rendah nilai yang diberikan maka bertambah tinggi kegunaannya. Jika nilai tidak diberikan maka nilai default akan digunakan. Nilai default untuk directly connected (C) = 0 dan statically connected (S) = 1.
Cara membuat routing static untuk Router 1 dengan network destination ID 192.168.20.0 dan subnet mask-nya 255.255.255.0 yaitu dengan mengetikkan perintah seperti contoh diatas :
router1(config)#ip route 192.168.20.0 255.255.255.0 192.168.10.11
Routing Dynamic, menggunakan protokol routing yang membuat tabel routing secara otomatis jika topologi jaringan berubah-ubah. Routing dynamic secara umum dapat dibagi dalam dua kategori. Distance vector dan Link state routing protocol, yang masing-masing terdiri dari bermacam-macam routing protocol.
RIP (Routing Information Protocol) merupakan protocol paling sederhana yang termasuk jenis distance vector. RIP menggunakan jumlah lompatan (hop count) sebagai metric dengan 15 hop maksimum. Jadi hop count yang ke-16 tidak dapat tercapai dan router akan memberikan error message "destination is unreachable" (tujuan tidak tercapai). Daftar tabel routing protokol RIP di-update setiap 30 detik, sedangkan default administrative distance untuk RIP yaitu 120.
Untuk menerapkan RIP pada router, berikut perintahnya :
router(config)#router rip
Untuk menerapkan RIP tersebut ke suatu network address, berikut perintahnya :
router(config-router)#network network_id
Cara mengkonfigurasikan RIP untuk Router 1 sebagai brikut :
router1(config)#ip routing
router1(config)#router rip
router1(config-router)#network 215.10.20.0
router1(config-router)#network 215.10.10.0
router1(config-router)#exit
router1#write mem
Konsep dasar dari routing adalah bahwa router meneruskan IP paket berdasarkan pada IP address tujuan yang ada dalam header IP paket. Dia mencocokkan IP address tujuan dengan routing table dengan harapan menemukan kecocokan entry – suatu entry yang menyatakan kepada router kemana paket selanjutnya harus diteruskan. Jika tidak ada kecocokan entry yang ada dalam routing table, dan tidak ada default route, maka router tersebut akan membuang paket tersebut. Untuk itu adalah sangat penting untuk mempunyai isian routing table yang tepat dan benar.
Static route terdiri dari command-command konfigurasi sendiri-sendiri untuk setiap route kepada router. sebuah router hanya akan meneruskan paket hanya kepada subnet-subnet yang ada pada routing table. Sebuah router selalu mengetahui route yang bersentuhan langsung kepada nya – keluar interface dari router yang mempunyai status “up and up” pada line interface dan protocolnya. Dengan menambahkan static route, sebuah router dapat diberitahukan kemana harus meneruskan paket-paket kepada subnet-subnet yang tidak bersentuhan langsung kepadanya.
Gambar berikut adalah contoh diagram agar memudahkan kita memahami bagaimana kita harus memberikan konfigurasi static route kepada router. Pada contoh berikut ini dua buah ping dilakukan untuk melakukan test connectivity IP dari Sydney router kepada router Perth.
Router Sydney melakukan beberapa EXEC command dengan hanya kepada router-router yang terhubung langsung kepadanya.
Sydney#show ip route Codes: C – connected, S – static, I – IGRP, R – RIP, M – mobile, B – BGP D – EIGRP, EX – EIGRP external, O – OSPF, IA – OSPF inter area N1 – OSPF NSSA external type 1, N2 – OSPF NSSA external type 2 E1 – OSPF external type 1, E2 – OSPF external type 2, E – EGP i – IS-IS, L1 – IS-IS level-1, L2 – IS-IS level-2, ia – IS-IS inter area * – candidate default, U – per-user static route, o – ODR P – periodic downloaded static route Gateway of last resort is not set 10.0.0.0/24 is subnetted, 3 subnets C 10.20.1.0 is directly connected, Ethernet0 C 10.20.130.0 is directly connected, Serial1 C 10.20.128.0 is directly connected, Serial0 Sydney#ping 10.20.128.252 Type escape sequence to abort. Sending 5, 100-byte ICMP Echos to 10.20.128.252, timeout is 2 seconds: !!!!! Success rate is 100 percent (5/5), round-trip min/avg/max = 4/4/8 ms Sydney#ping 10.20.2.252 Type escape sequence to abort. Sending 5, 100-byte ICMP Echos to 10.20.2.252, timeout is 2 seconds: ….. Success rate is 0 percent (0/5) |
Command ping mengirim paket pertama dan menunggu response. Jika diterima adanya respon, maka command menampilkan suatu karakter “!”. Jika tidak ada response diterima selama default time-out 2 seconds, maka command ping menampilkan response suatu karakter “.”. secara default router Cisco dengan command ping menampilkan 5 paket.
Pada contoh diagram diatas, command ping 10.20.128.252 adalah jalan bagus, akan tetapi untuk command ping 10.20.2.252 justru tidak jalan. Command ping pertama berjalan OK karena router Sydney mempunyai suatu route kepada subnet dimana 10.20.128.252 berada (pada subnet 10.20.128.0). akan tetapi, command ping 10.20.2.252 tidak jalan karena subnet dimana 10.20.2.252 berada (subnet 10.20.2.0) tidak terhubung langsung kepada router Sydney, jadi router Sydney tidak mempunyai suatu route pada subnet tersebut.
Untuk mengatasi masalah ini, maka perlu di-enabled pada ketiga router dengan routing protocols. Untuk konfigurasi sederhana seperti contoh diagram diatas, penggunaan route static adalah suatu solusi yang memadai.
Maka untuk router Sydney harus diberikan konfigurasi static route seperti berikut ini:
Ip route 10.20.2.0 255.255.255.9 10.20.128.252 Ip route 10.20.3.0 255.255.255.0 10.20.130.253 |
Pada command ip route haruslah diberikan nomor subnet dan juga IP address hop (router) berikutnya. Satu command ip route mendefinisikan suatu route kepada subnet 10.20.2.0 (mask 255.255.255.0), dimana berlokasi jauh di router Perth, sehingga IP address pada hop berikutnya pada router Sydney adalah 10.20.128.252, yang merupakan IP address serial0 dari router Perth. Serupa dengannya, suatu route kepada 10.20.3.0 yang merupakan subnet pada router Darwin, mengarah pada serial0 pada router Darwin yaitu 10.20.130.253. Ingat bahwa IP address pada hop berikutnya adalah IP address pada subnet yang terhubung langsung – dimana tujuannya adalah mengirim paket pada router berikutnya. Sekarang router Sydney sudah bisa meneruskan paket kepada kedua subnet di luar router tersebut (yang tidak bersentuhan pada router Sydney).
melakukan konfigurasi static route dengan dua cara yang berbeda. Dengan serial link point-to-point, juga bisa melakukan konfigurasi kepada interface outgoing ketimbang pada IP address router pada hop berikutnya.
Misalkan mengganti ip route diatas dengan command yang sama yaitu ip route 10.20.2.0 255.255.255.0 serial0 pada router pertama pada contoh diatas.
Kita sudah memberikan konfigurasi pada router Sydney dengan menambahkan static route, sayangnya hal ini juga belum menyelesaikan masalah. Konfigurasi static route pada router Sydney hanya membantu router tersebut agar bisa meneruskan paket pada subnet berikutnya, akan tetapi kedua router lainnya tidak mempunyai informasi routing untuk mengirim paket balik kepada router Sydney.
Misalkan saja, sebuah PC Jhonny tidak dapat melakukan ping ke PC Robert pada jaringan ini. Masalahnya adalah walaupun router Sydney mempunyai route ke subnet 10.20.2.0 dimana Robert berada, akan tetapi router Perth tidak mempunyai route kepada 10.20.1.0 dimana Jhonny berada. Permintaan ping berjalan dari PC Jhonny kepada Robert dengan baik, akan tetapi PC Robert tidak bisa merespon balik oleh router Perth kepada router Sydney ke Jhonny, sehingga dikatakan respon ping gagal.
Keuntungan static route:
· Static route lebih aman disbanding dynamic route
· Static route kebal dari segala usaha hacker untuk men-spoof paket dynamic routing protocols dengan maksud melakukan configure router untuk tujuan membajak traffic.
Kerugian:
· Administrasinya adalah cukup rumit disbanding dynamic routing khususnya jika terdiri dari banyak router yang perlu dikonfigure secara manual.
· Rentan terhadap kesalahan saat entry data static route dengan cara manual
SUBNETTING IP VERSI 4
SUBNETTING IP VERSI 4
Subnetting adalah seperangkat teknik yang dapat Anda gunakan untuk secara efisien membagi ruang alamat dari prefiks alamat unicast untuk alokasi di antara subnet dari suatu jaringan organisasi. Alamat IP versi 4 (sering disebut dengan Alamat IPv4) adalah sebuah jenis pengalamatan jaringan yang digunakan di dalam protokol jaringan TCP/IP yang menggunakan protokol IP versi 4.
Panjang totalnya adalah 32-bit, dan secara teoritis dapat mengalamati hingga 4 miliar host komputer atau lebih tepatnya 4.294.967.296 host di seluruh dunia, jumlah host tersebut didapatkan dari 256 (didapatkan dari 8 bit) dipangkat 4(karena terdapat 4 oktet) sehingga nilai maksimal dari alamt IP versi 4 tersebut adalah 255.255.255.255 dimana nilai dihitung dari nol sehingga nilai nilai host yang dapat ditampung adalah 256x256x256x256=4.294.967.296 host. sehingga bila host yang ada diseluruh dunia melebihi kuota tersebut maka dibuatlah IP versi 6 atau IPv6.
Subnetting memerlukan prosedur tiga langkah:
1. Tentukan berapa banyak bit host yang akan digunakan untuk subnetting.
2. Menghitung prefiks subnet alamat baru.
3. Menghitung Kisaran alamat IPv4 untuk setiap prefix subnet alamat baru.
Awalan routing dinyatakan dalam notasi CIDR . Hal ini ditulis sebagai alamat pertama dari jaringan diikuti dengan panjang bit-dari awalan, dipisahkan oleh karakter (/) slash.
Sebagai contoh, 192.168.1.0/24 adalah awalan dari Internet Protocol Version 4 jaringan dimulai pada alamat yang diberikan, memiliki 24 bit yang dialokasikan untuk awalan jaringan, dan 8 bit sisanya dicadangkan untuk host mengatasi.
Lalu lintas antara subnetwork yang dipertukarkan dengan komputer gerbang khusus yang disebut router , mereka merupakan batas logis atau fisik antara subnet
Tahun 1985 didefinisikan RFC 950 sebuah prosedur standar untuk mendukung subnetting, atau pembagian dari kelas A,B dan C.
Pengembangan dengan subnetting
Network Prefix | Host Number |
Network Prefix | SubnetNumber | Host Number |
Untuk merancang Subnetting, ada empat pertanyaan yang harus dijawab sebelum mendisain :
1. Berapa banyak total subnet yang dibutuhkan saat ini ?
2. Berapa banyak total subnet yang akan dibentuk pada masa yang akan datang ?
3. Berapa banyak host yang tersedia saat ini ?
- Berapa banyak host yang akan di diorganisasi dengan subnet dimasa yang akan datang ?
Langkah pertama dalam proses perencanaan adalah menentukan jumlah maksimum dari subnet dan bulatkan keatas untuk bil binary. Contoh, jika perusahaan membutuhkan 9 subnet, 23 (atau 8) tidak akan cukup alamat subnet yang tersedia, jadi network administrator akan membulatkan ke atas menjadi 24 (atau 16). Mungkin jumlah 16 subnet ini tidak akan cukup untuk masa yang akan datang, jadi network administrator harus mencari nilai maksimum atau yang kira-kita memenuhi pada masa yang akan datang misalnya 25 (atau 32).
Tahap kedua yakinkan bahwa jumlah alamat host yang kita buat memenuhi untuk masa-masa yang akan datang.
Contoh Subnet #1Sebuah perushaan mempunyai nomor network 193.1.1.0/24 dan dibutuhkan 6 subnet. Besarnya subnet harus mendukung 25 host.
Penyelesaian.
Tahap pertama kita harus ketahui berapa bit yang dibutuhkan 6 subnet, dicari dengan melihat kelipatan dua (2,4,8,16,32,64,dst). Disini terlihat bahwa untuk persis sama dengan 6 tidak ada kita harus pilih bilangan yang atasnya (8) atau 23 ada 2 tersisa dapat digunakan untuk kebutuhan masa yang akan datang. Disini 23 berarti kita butuh 3 bit untuk membentuk extended subnet, contoh diatas subnettingnya /24 berarti extendednya adalah /27 untuk jelasnya dapat dilihat gambar di bawah ini.
193.1.1.0/24 = 11000001.00000001.00000001.00000000
255.255.255.224 = 11111111.11111111.11111111.11100000
27 Bit
27 bit extended network ini menyisakan 5 bit untuk mendefinisikan alamat host, berarti ada 25 (32) alamat IP yang dapat dibentuk tapi karena nilai 0 semua dan 1 semua tidak dapat dialokasi (untuk network dan broadcast) jadi yang tersisa ada 30 ( 25-2) untuk masing-masing subnet.
Apabila kita uraikan satu-satu maka alamat subnet yang terbentuk adalah :
Alamat asal : 11000001.00000001.00000001.00000000 = 193.1.1.0/24
Subnet #0 : 11000001.00000001.00000001.00000000 = 193.1.1.0/27
Subnet #1 : 11000001.00000001.00000001.00100000 = 193.1.32.0/27
Subnet #2 : 11000001.00000001.00000001.01000000 = 193.1.64.0/27
Subnet #3 : 11000001.00000001.00000001.01100000 = 193.1.96.0/27
Subnet #4 : 11000001.00000001.00000001.10000000 = 193.1.128.0/27
Subnet #5 : 11000001.00000001.00000001.10100000 = 193.1.160.0/27
Subnet #6 : 11000001.00000001.00000001.11000000 = 193.1.192.0/27
Subnet #7 : 11000001.00000001.00000001.11100000 = 193.1.224.0/27
Untuk membudahkan bahwa perbedaan antara subnet satu dengan yang lainnya adalah kelipatan 32 : 0, 32, 64, 96 ...
Dari contoh diatas, ada 5 bit host number dalam satu subnet, berarti ada 25-2 = 30 host yang dapat dibentuk ini dikarenakan nilai 0 semua sigunakan untuk alamat network dan nilai 1 semua digunakan untuk broadcast number.
Contoh untuk menentukan host dari satu subnet number
Subnet #2: 11000001.00000001.00000001.01000000 = 193.1.1.64/27
Host #1 : 11000001.00000001.00000001.01000001 = 193.1.1.65/27
Host #2 : 11000001.00000001.00000001.01000010 = 193.1.1.66/27
Host #3 : 11000001.00000001.00000001.01000001 = 193.1.1.65/27
Host #4 : 11000001.00000001.00000001.01000001 = 193.1.1.65/27
…..
s/d
Host #32 : 11000001.00000001.00000001.01011110 = 193.1.1.94/27
Bradcast Address untuk subnet diatas (#2) adalah :
11000001.00000001.00000001.01011111 = 193.1.1.95/27
Alamat host yang diperbolehkan pada subnet #6 adalah :
Subnet #6: 11000001.00000001.00000001.11000000 = 193.1.1.192/27
Host #1 : 11000001.00000001.00000001.11000001 = 193.1.1.193/27
Host #2 : 11000001.00000001.00000001.11000010 = 193.1.1.194/27
Host #3 : 11000001.00000001.00000001.11000011 = 193.1.1.195/27
Host #4 : 11000001.00000001.00000001.11000100 = 193.1.1.196/27
Host #5 : 11000001.00000001.00000001.11000101 = 193.1.1.197/27
......
s/d
Host #28 : 11000001.00000001.00000001.11011100 = 193.1.1.220/27
Host #29 : 11000001.00000001.00000001.11011101 = 193.1.1.221/27
Host #30 : 11000001.00000001.00000001.11011110 = 193.1.1.222/27
Alamat Broadcast untuk subnet #6 adalah :
11000001.00000001.00000001.11011111 = 193.1.1.223/27
Contoh Subnet #2Sebuah perusahaan merencanakan akan membangunan jaringan dengan network number 140.64.0.0/16 dan setiap subnet harus mendukung min 60 host.
Penyelesaian
Tahap pertama kita tentukan berapa bit yang dibutuhkan untuk membentuk min 60 host dalam tiap subnet. Berarti 2 pangkat berapa ? supaya anda dapat menyediakan min 60 host yaitu 62 (26-2 ) tapi kalau kita lihat disini bahwa nilai 62 hanya mempunyai 2 host yang tersisa. Jadi lebih baik apabila beri sisa yang kira-kira cukup untuk masa yang akan datang, pangkatkan bil 2 tersebut dengan 7 menjadi 126 (27-2) dan sisa yang tersedia adalah 66 (126-60).
Tahap selanjutnya karena yang diminta adalah jumlah host, maka seperti yang kita ketahui bahwa network number/alamat IP memiliki 32 bit jadi 32 harus dikurangkan dengan 7 supaya kita ketahui extended network prefix (32-7)=25. Disini dapat di ketahui penbambahan network prefix menjadi /25 atau subnet masknya : 255.255.255.128 digambarkan seperti dibawah ini.
140.64.0.0/16 = 10001100.01000000.00000000.00000000
255.255.255.128 = 11111111.11111111.11111111.10000000
Gambar diatas menunjukan 25 bit extended-network-prefix menghasilkan 9 bit subnet number. Berarti 29 = 512 subnet number yang dapat di bentuk. Network administrator dapat menentukan network/subnet mana yang akan diambil.
Untuk menjabarkannya dapat dilihat dibawah ini tanda tebal menunjukan 9 bit yang menentukan field subnet.
Base Net: : 10001100.01000000.00000000.00000000 = 140.64.0.0/16
Subnet #0 : 10001100.01000000.00000000.00000000 = 140.64.0.0/25
Subnet #1 : 10001100.01000000.00000000.10000000 = 140.64.0.128/25
Subnet #2 : 10001100.01000000.00000001.00000000 = 140.64.1.0/25
Subnet #3 : 10001100.01000000.00000001.10000000 = 140.64.1.128/25
Subnet #4 : 10001100.01000000.00000010.00000000 = 140.64.2.128/25
Subnet #5 : 10001100.01000000.00000010.10000000 = 140.64.0.128/25
....
....
Subnet #510 : 10001100.01000000.11111111.00000000 = 140.64.255.128/25
Subnet #511 : 10001100.01000000.11111111.10000000 = 140.64.255.128/25
Tujuan dari pembuatan notasi titik dan pembuatan dalam bilangan biner adalah untuk memudahkan pembaca dalam menentukan dan memahami pembuatan alamat IP.
Untuk contoh diatas dapat kita tentukan nomor alamat IP perindividu yang dapat dibentuk adalah 126 (27-2) bernilai dari 1 sampai 126.
Misalnya kita ambil subnet #3 untuk perusahaan tersebut, dapat dibentuk host seperti berikut :
Subnet #3 : 10001100.01000000.00000001.10000000 = 140.64.1.128/25
Host #1 : 10001100.01000000.00000001.10000001 = 140.64.1.129/25
Host #2 : 10001100.01000000.00000001.10000010 = 140.64.1.130/25
Host #3 : 10001100.01000000.00000001.10000011 = 140.64.1.131/25
Host #4 : 10001100.01000000.00000001.10000100 = 140.64.1.132/25
Host #5 : 10001100.01000000.00000001.10000101 = 140.64.1.133/25
Host #6 : 10001100.01000000.00000001.10000110 = 140.64.1.134/25
..
..
Host #62 : 10001100.01000000.00000001.10111110 = 140.64.1.190/25
Host #63 : 10001100.01000000.00000001.10111111 = 140.64.1.191/25
Host #64 : 10001100.01000000.00000001.11000000 = 140.64.1.192/25
Host #65 : 10001100.01000000.00000001.11000001 = 140.64.1.193/25
...
...
Host #125 : 10001100.01000000.00000001.11111101 = 140.64.1.253/25
Host #126 : 10001100.01000000.00000001.11111110 = 140.64.1.254/25
Alamat Broadcast untuk subnet #3 adalah :10001100.01000000.00000001.11111111 = 140.64.1.255/25
Sekarang bagaimana apabila user yang ada dan yang terkoneksi ke jaringan lebih dari 126 user ? Kita dapat menambah subnet dengan subnet yang keempat atau yang lainnya tapi diantara keduanya harus dipasang router agar kedua network terhubung.
Arsitektur komunikasi data
Arsitektur komunikasi data
1. Protokol komunikasi computer
Aturan-aturan dan perjanjian yang mengatur pertukaran informasi antar komputer melalui suatu medium jaringan
à mendefinisikan
¡ Syntax : susunan, format, dan pola bit serta bytes
¡ Semantics : Kendali sistem dan konteks informasi (pengertian pola bit dan bytes)
¡ Suatu sistem komunikasi data yang kompleks tidak menggunakan satu protokol
¡ Menggunakan sekelompok protokol (protocol suite /protocol familiy)
¡ Mengapa perlu protocol suite?
¡ Menangani beragam masalah yang timbul ketika mesin berkomunikasi melalui suatu jaringan data
¡ Hardware failure
¡ Network congestion
¡ Packet delay or loss
¡ Data corruption
¡ Data duplication or inverted arrivals
¡ Akan sulit membuat satu protokol tunggal yang menangani masalah-masalah di atas
2. Open System Interconnection (OSI) Reference Model
¨ Dikembangkan oleh International Organization for Standardization (ISO) pada tahun 1984
¨ Model referensi OSI adalah suatu model konseptual yang terdiri atas tujuh layer, masing-masing layer mempunyai fungsi tertentu
¨ Setiap layer adalah self-contained à fungsi yang diberikan ke setiap layer dapat diimplementasikan secara independent àUpdating fungsi suatu layer tidak akan mempengaruhi layer yang lain
¨ OSI memungkinkan interkoneksi komputer multivendors
3. Physical Layer
¨ Mengirimkan dan menerima data mentah pada media fisik
¨ Prosedural : pengkodean bit untuk transmisi, full-duplex atau half-duplex, prosedur untuk memulai dan menghentikan transmisi
¨ Mendeteksi dan melaporkan status saluran dan error (misal : adanya collision)
¨ Karakteristik elektris : level tegangan, timing, redaman yang diperbolehkan
¨ Karakteristik mekanik : ukuran dan bentuk konektor, jumlah pin, tipe kabel dan spesifikasinya
¨ Contoh : RS232C
4. Data Link Layer
• Medium access control (MAC)
• Menyediakan aliran data yang bebas kesalahan bagi network layer, mendeteksi/mengoreksi kesalahan akibat transmisi
• Menerima data dari layer yang lebih atas dan merubahnya menjadi aliran bit untuk ditransmisikan oleh layer fisik
• Pada proses penerimaan, merubah aliran bit menjadi frame
• Menambahkan kode untuk sinkronisasi, deteksi kesalahan
• Menyediakan mekanisme untuk menangani kehilangan (lost), kerusakan, atau duplikasi frame
• Pengalamatan fisik
5. Network Layer
• Fungsi
– Merutekan paket
– Mengendalikan kongesti
– Melaksanakan internetworking
• Contoh: Open Shortest Path First (OSPF), Routing Information Protocol (RIP), dsb.
6. Transport Layer
• Menerapkan layanan transport data andal yang transparan terhadap upper layers
à flow control, multiplexing, manajemen virtual circuit, serta error checking & error recovery
• End-to-end
• Contoh : Transmission Control Protocol (TCP), Name Binding Protocol (NBP), OSI transport protocol
7. Session Layer
• Membentuk, me-manage, dan memutuskan session komunikasi antara entitas presentation layer
• Session komunikasi terdiri atas permintaan layanan (service request) dan tanggapan layanan (service response) yang terjadi antara aplikasi yang berlokasi pada device jaringan yang berbeda
• Contoh : CCITT X.225
8. Presentation Layer
— Menyediakan fungsi pengkodean dan konversi untuk data dari application layer à menjamin data yang berasal dari application layer suatu sistem dapat dibaca oleh application layer di sistem yang lain
— Contoh :
— Format representasi data: EBDIC, ASCII
— Skema kompresi : QuicTime, MPEG
— Enkripsi
9. Application Layer
¨ Layer OSI yang paling dekat dengan end user
¨ Berinteraksi dengan aplikasi perangkat lunak yang menerapkan suatu komponen untuk berkomunikasi
¨ Fungsi :
¡ Menentukan partner komunikasi
¡ Menentukan ketersediaan resource
¡ Sinkronisasi komunikasi
¨ Contoh :
¡ Telnet, FTP, SMTP (TCP/IP suit)
¡ OSI Common Management Information Protocol (CMIP)
Langganan:
Postingan (Atom)